Pameran Kata Mata, Gulung Tukar

Malam Minggu aku bersama sahabat menyempatkan melihat pameran fotografi yang diadakan Gulung Tukar, sebuah komunitas pegiat seni di Tulungagung. Pameran diadakan di Gutuhaus (Warung Gulung Gulung) yang masih menjadi bagian dari Gulung Tukar.




Gambar Gutuhaus (Warung Gulung Gulung)


Sebenarnya diriku tidak fanatik akan seni, namun aku masih menyukai sesuatu yang unik dan aesthetic. Jika diajak berdiskusi mengenai seni atau fotografi, diriku tidak mengerti. Sewaktu mengetahui ada pameran fotografi di Instagram @gulung.tukar, aku langsung mengajak sahabatku ke sana.

Sempat juga aku membagikan info pameran tersebut kepada teman kuliahku yang menyukai seni. Aku tidak mengajaknya pergi, karena lokasi pameran beda kota. Teman kuliahku itu tinggal di kota Blitar.

Teman kuliahku bilang, bahwa temannya ada yang bekerja di Gutuhaus. Sewaktu aku melihat pameran, aku bertemu dengan temannya temanku itu, namun kami berdua tidak saling kenal. Temannya temanku itu juga kuliah di kampus tempatku belajar dulu.

Sepertinya temannya temanku itu adalah salah satu anggota dari Gulung Tukar. Karena sewaktu aku melihat website gulungtukar.org, dia tergabung menjadi anggota komunitas. Ternyata setelah aku lihat di website, ada temanku satu jurusan kuliah yang juga anggota dari Gulung Tukar. Kami sebenarnya tidak kenal, namun aku tahu dia. Dulu dia anggota HMJ.

Ada lagi ternyata temanku satu SMA yang juga anggota Gulung Tukar. Dia dulu di SMA adalah anggota OSIS seperti sahabatku. Jadi sahabatku lebih kenal dengan dia. Namun, dia tidak kuliah di kampus yang aku tempati, melainkan kuliah di UM (Universitas Negeri Malang).

Pameran Kata Mata ini hasil dari kelas Gutuskul yang diadakan oleh Gulung Tukar. Kelas tersebut merupakan kelas fotografi dan menulis. Kata Mata merupakan pameran yang menceritakan kisah-kisah di sekitar kita.

Foto yang dipamerkan tidak hanya sekedar foto, melainkan ada sebuah cerita di dalamnya. Untuk tahu mengenai cerita dibalik foto-foto yang dipamerkan dalam Pameran Kata Mata, bisa mampir ke Instagram @gulung.tukar.

Di sini aku hanya akan membagikan hasil jepretanku sendiri sewaktu aku mengunjungi pameran itu.

Berbagi cerita mengenai Gutuhaus (Warung Gulung Gulung), tempat ini cocok sekali bagi anak muda penikmat tempat nongkrong yang aesthetic bergaya jadul, cocok bagi anak muda yang menyukai seni dan buku. Tempat ini juga cocok untuk diskusi dan meeting.

Di Gutuhaus terdapat mini library dengan koleksi buku-buku berat seperti filsafat, sejarah dan sosiologi. Namun buku-buku genre ringan masih ada walau dengan jumlah yang sangat minim. Aku yang belum cocok dengan buku-buku berat, menemukan buku berjudul Hidup Sederhana karya Desi Anwar. Ada juga di sini buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.




Mini library di Gutuhaus


Buku-buku di Gutuhaus sudah diklasifikasi, sehingga sudah ada pendataan. Hal tersebut salah satunya bisa untuk mengetahui jika tiba-tiba ada buku yang hilang.



Hidup Sederhana - Desi Anwar. Koleksi buku Gutuhaus


Gutuhaus bertempat di sebuah rumah gaya jadul dengan desain rumah joglo. Aku tidak tahu dulu rumah itu milik siapa. Di sini ada gambar Dwarapala yang besar. Sahabatku bilang, Dwarapala tersebut adalah Arca Pentung di Tulungagung.



Gambar Dwarapala di Gutuhaus


Ngomong-ngomong mengenai Arca Pentung. Dahulu di Tulungagung ada pabrik rokok bernama Retjo Pentung yang terkenal pada masa orde baru. Sayangnya di masa reformasi, pabrik rokok Retjo Pentung mengalami kebangkrutan.

Pendiri pabrik rokok Retjo Pentung tersebut bernama Hj. Soemiran Karsodiwirjo. Beliau adalah kakek dari salah satu pesulap ternama di Indonesia, yaitu Denny Darko.

Sudah cukup sepertinya out of topic nya. Kali ini aku akan membagikan foto-foto di pameran yang aku jepret sendiri.


TPA Segawe: Solusi Nyata atau Ilusi Harapan

Oleh: Sulthon Amanulloh



Milik Kamu: Sebuah Kisah Lain dari Pondok Pesantren

Oleh: Farhan Nawawi


Bayang-Bayang Kekerasan dalam Perkawinan Anak

Oleh: Laila Muhibbah


Ketergantungan Anak pada Gadget

Oleh: Nanda Rahmawati


SMP: Sepeda Motor Pelajar

Oleh: Rivo Abdulhaq



Keseimbangan Manusia dan Alam di Alun-Alun Kota Blitar

Oleh: Salsabilla Cindy


Angkasa di Desaku

Oleh: Suhada



1.064°C

Oleh: Catur Tutud dan Ongky Prasetyo


Perjalanan ke Timur

Oleh: Raihan Wahyu


Ote-Ote Seharga Permen

Oleh: Dimas Gilang


Rasa Original

Oleh: Gelar Prakosa


Pendaurulangan Sampah Kain

Oleh: Zidni Khittam


Sepulang dari melihat pameran, aku dan sahabat mampir beli ote-ote seharga permen milik Bu Am. Lokasi tidak jauh dari Gutuhaus. Ote-ote tersebut harganya sangat terjangkau. Dengan bermodal Rp 1.000 bisa mendapatkan tiga buah ote-ote.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisa Bahasa Inggris, sih, Tapi Nggak Pro

Review Film Kereta Berdarah (2024)

Arti Sebuah Kehilangan