Review Film Kereta Berdarah (2024)

 


Purnama sembuh dari kanker dan mengajak adiknya bernama Kembang untuk berlibur ke resort yang baru di bangun, resort tersebut bernama Resort Sangkara. Untuk sampai ke resort tersebut, penumpang harus menaiki kereta api Sangkara dan akan melewati lima terowongan. Setiap kereta api memasuki terowongan, kejadian aneh pun terjadi. Gerbong kereta api menghilang secara misterius.

Awal film ini di mulai, kita sudah bisa menebak faktor apa yang mendalangi teror di kereta api nanti. Faktor apa yang menyebabkan teror pasca-pembangunan resort Sangkara itu terjadi. Yang menarik dalam film ini, kita akan disuguhi pemandangan-pemandangan hutan yang masih hijau dan indah.

Mungkin klise pesan yang disampaikan dalam film ini, yaitu penyebab teror kereta api tersebut, yang menarik adalah, film ini menyajikan film horor dalam kereta api, mengingatkan film laris Korea pada tahun 2016 lalu yaitu Train to Busan. Bagaimana sutradara bisa membuat kengerian di dalam kereta api.

Tentu saja terdapat beberapa jumpscare dalam film ini, namun tidak menggangu karena jumpscare di film ini tidak banyak. Adegan darah dan gore pun akan muncul dalam film ini. Nantinya seiring berjalannya waktu, akan memunculkan konflik antara penumpang dan sempat ada drama yang menguras emosi penonton. Suasana semakin menegangkan dan kacau pasca-gerbong menghilang.

Tidak semua penumpang kereta api akan mati karena hantu, ada juga beberapa yang mati namun bukan karena makhluk ghaib. Di film ini lebih menghadirkan hubungan kekeluargaan yang sangat erat. Ketika, film ini selesai dan berakhir tragis, saya merasa sedih, bukannya malah takut. Hubungan Purnama dan Kembang sangat mengharukan di sini.

Sebenarnya faktor yang menyebabkan hilangnya kereta api, bukanlah terowongan. Ada hal lain yang sangat klise, membuat mengapa setiap kereta api memasuki terowongan, gerbong terakhir selalu mendapat teror dari makhluk ghaib dan berakhir menghilang.

Dalam film ini juga memberikan pesan bahwa kita harus menjaga dan menghormati alam. Jangan sampai merusak alam hanya demi keuntungan pribadi. Kita harus percaya keberadaan makhluk gaib itu memang ada dan berdampingan dengan manusia. Jangan apa-apa menganggap takhayul semata. Dalam agama pun juga mempercayai bahwa makhluk gaib itu ada.

Saya sebal dengan drama yang dibuat Pak Bara selaku pemimpin daerah dalam film ini. Beliau lari dari tanggungjawab akan penumpang dalam gerbong-gerbong yang hilang dan malah membuat kacau suasana dalam kereta api.

Ketika menonton film ini, menurut saya ini bukan film terseram, namun cukup suka dengan tema film ini yang berbeda dengan yang lain, menampilkan kejadian horor dalam kereta api. Menurut saya cukup menarik. Hanya saja film ini malah membuat saya sedih karena akhir film yang berakhir menyedihkan.

Suka dengan akting Fadly Faisal yang memerankan karakter Tekun sebagai pramugara kereta api Sangkara. Tekun harus merubah ekspresi tegang dan takutnya ketika melihat gerbong kereta api hilang, menjadi ekspresi ramah di depan penumpang kereta api, seolah tidak terjadi apa-apa. Kalau dibayangkan, pasti hal yang tidak mudah di tengah situasi yang menegangkan seperti itu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisa Bahasa Inggris, sih, Tapi Nggak Pro

Arti Sebuah Kehilangan