Menerima Rasa Sakit

Pada Senin, 6 Mei 2024, aku mengikuti kelas pranikah online yang judulnya "Pentingnya Sembuh dari Luka Batin Masa Lalu, Sebelum Menikah". Pematerinya kak Halfizh A., M.Psi., Psikolog.

Beliau menyampaikan, di sisi lain ada orang yang ingin sembuh dari luka masa lalu. Tapi beliau berkata, ada juga case orang yang tidak ingin sembuh dari luka masa lalunya.

Kata beliau, orang tersebut berharap, dengan adanya luka masa lalu yang membuat batin sakit tersebut, semoga bisa menggugurkan dosa-dosanya.

Dari situ aku jadi menambah wawasan baru. Aku pribadi mengenai luka batin masa lalu, aku menginginkan untuk sembuh. Tapi dari case orang yang tidak menginginkan luka batin masa lalunya sembuh itu dan berharap rida Allah, semoga dengan sakit batin itu dirinya digugurkan dosa-dosanya, Kenapa aku dulu tidak berpikir seperti itu juga, ya?

Orang tersebut sepertinya sudah ikhlas dengan takdir Allah yang menguji dirinya dengan luka batin yang sampai saat ini masih belum sembuh. Apa lagi, proses luka batin itu penyembuhannya bisa seumur hidup. 

Kita tidak tahu juga setelah Allah menyembuhkan kita dari luka batin di masa lalu, namun di masa depan Allah menguji kita dengan sesuatu yang membuat kita mendapatkan luka batin kembali.

Aku pribadi tetap ingin sembuh dari luka batin masa lalu. Namun aku jadi bisa berpikir, jika aku sedang sakit hati akibat luka batin, kali ini aku belajar dari case orang tersebut. Aku ikhlas dengan adanya sakit hati itu. Aku hanya berharap semoga dengan adanya sakit hati itu, Allah bisa memaafkan aku dan mengampuni dosa-dosaku.

Aku berharap dengan adanya sakit hati itu, aku akan mengadu ke Allah dan bukannya benci dan balas dendam terhadap orang yang membuatku sakit hati. Aku berharap dengan adanya sakit hati itu, aku jadi dekat dengan Allah.

Aku salut dengan temanku yang melakukan salat tahajud, mengadukan rasa sakit hatinya kepada Allah. Dirinya tidak ingin mengotori tangannya dengan membalas perbuatan orang yang membuatnya sakit hati. Temanku yakin, Allah akan berlaku adil terhadap dirinya. Biarlah Allah yang turun tangan dan membalas perbuatan orang yang membuatnya sakit hati. Itu kata temanku.

Aku juga bilang ke temanku itu untuk pelan-pelan memaafkan orang yang membuatnya sakit hati. Karena menyimpan rasa sakit hati atau perasaan kebencian terhadap orang lain itu hanya akan membuat diri sendiri terluka dan tidak tenang.

Aku tidak menyuruh temanku untuk cepat-cepat memaafkan orang yang membuatnya sakit hati. Pelan-pelan saja. Jika masih sakit hati jangan disangkal. Yang temanku lakukan ketika sedang sakit hati lalu ia salat tahajud dan mengadukannya ke Allah, itu sangat bagus.

Aku berharap, temanku itu tetap stay positive dan tetap di jalan Allah. Tidak sampai menjadi orang yang pendendam. Semoga dia juga bisa sembuh dari rasa sakit hatinya itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisa Bahasa Inggris, sih, Tapi Nggak Pro

Review Film Kereta Berdarah (2024)

Arti Sebuah Kehilangan