Membayangkan Menjadi Orang Kaya

Beberapa waktu lalu, aku menonton seris yang pernah populer di tahun 2021. Seris tersebut adalah Squid Game (2021). Nggak ada rencana dari awal pingin nonton seris ini. Sebelumnya aku mencoba langganan Netflix, jadi aku cuma secara random aja memilih tontonan yang ingin aku tonton.

Seris Korea ini menceritakan mengenai sekelompok orang yang mempunyai beban kehidupan seperti terlilit utang dan miskin, kemudian mereka ditawari untuk bergabung di sebuah permainan oleh orang misterius. Mereka ditawari permainan yang pernah mereka mainkan dulu di masa kecil.

Nantinya jika mereka menang akan diberi imbalan berupa uang yang bisa dibilang tidak sedikit dan fantastis. Namun tanpa mereka ketahui, mengikuti permainan tersebut akan mengantarkan mereka menuju lubang hitam di mana mereka sulit untuk mundur dan sangat beresiko.

Aku nggak berniat untuk me-review seris ini. Namun yang bisa aku tangkap dari seris ini adalah, ketika kita menjadi sangat kaya atau sangat miskin, kita akan merasakan yang namanya penderitaan.

Aku pernah baca blognya Hoeda Manis, dia berkata, puncak kenikmatan di dunia ini adalah kebosanan. Bisa jadi, orang-orang kaya di Squid Game tersebut merasakan kebosanan karena semua yang mereka inginkan dengan mudah di dapat. Akhirnya, mereka membuat permainan untuk orang miskin hanya untuk kesenangan mereka semata.

Mungkin bagi orang-orang yang miskin, melihat orang kaya yang bisa mendapatkan apa pun terlihat seperti anugerah. Padahal jika orang miskin tersebut merasakan apa yang orang kaya tersebut rasakan, mereka akan merasakan perasaan yang sama yaitu kebosanan, rasa hampa dan penderitaan.

Puncak dari kenikmatan adalah kebosanan. Itu yang dikatakan oleh Hoeda Manis. Dari situ aku membenarkan perkataan Hoeda Manis tersebut. Menonton Squid Game pun aku berangan-angan memposisikan diri menjadi orang kaya seperti yang ada dalam seris tersebut. Ternyata rasanya biasa saja dan tidak ada nikmat-nikmatnya sama sekali. Aku jadi mengerti mengapa orang-orang kaya tersebut merasa menderita.

Cukup sederhana menurutku jika ingin merasakan menjadi orang kaya. Cukup beli makanan favoritmu secara berlebihan, makan sampai kekenyangan. Rasa kekenyangan tersebut rasanya tidak nyaman dan tidak enak. Bahkan makanan favorit kita itu menjadi terasa tidak enak setelah kita merasakan kekenyangan.

Menurutku hidup di dunia ini yang paling nikmat adalah menikmati hidup sederhana dan berkecukupan. Tidak menjadi orang yang sangat kaya atau sangat miskin karena kedua hal tersebut membuat penderitaan.

Aku bersyukur kepada Allah, telah memberikan kehidupan yang sederhana dan berkecukupan. Aku pun tidak berkeinginan menjadi orang kaya, hisabnya juga berat di akhirat. Namun jika suatu saat nanti aku ditakdirkan oleh Allah menjadi orang kaya di dunia ini, itu berarti Allah memilihku karena aku mampu mengemban hal tersebut.

Mau miskin, berkecukupan atau kaya, semua memiliki ujiannya masing-masing di dunia ini. Kebahagiaan yang abadi hanya ada di surga kelak. Tidak akan ada rasa bosan di sana.

Komentar

  1. Aku setuju, tulisan yang bagus. Manusia memang selalu menginginkan apa yang ga dia punya ya, makanya juga ada istilah rumput tetangga terlihat lebih hijau. Puncak kenikmatan adalah kebosanan. Jadi ingat dulu aku suka banget basreng. Ukuran kecil yang harganya belasan ribu kubeli meskipun ga puas makannya. Suatu kali aku beli 1 kg sampai lebih 100rb harganya, pertamanya merasa senang karena itu keinginanku yang sudah sangat lama tapi beberapa hari kemudian, ada perasaan bosan makannya padahal masih tersisa banyak dan sejak saat itu sampai sekarang aku jadi nggak suka basreng lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, Bunga. Semoga tetep stay dalam kesederhanaan.

      Wah, sayang sekali kalau sampai nggak suka basreng lagi. Aku juga terlalu sering makan ayam geprek atau yang lain jadi bosan. Kalau bosan gitu untuk sementara stop dulu. Tapi aku masih suka sama ayam geprek.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisa Bahasa Inggris, sih, Tapi Nggak Pro

Review Film Kereta Berdarah (2024)

Arti Sebuah Kehilangan