Review Buku The Survival Karya Utjie Bintoro

 

Source: dokumentasi pribadi 

Kembali membahas mengenai dunia pe-review-an. Kali ini saya akan mereview sebuah buku. Jarang-jarang saya mereview buku di blog. Entah, setelah kuamati saya lebih banyak mereview film atau series.

Buku ini merupakan karya ibu teman saya. Sejujurnya, saya belum mengenal beliau karena saya pun baru mengenal teman saya ketika PPM (Praktik Profesi Mahasiswa) / magang di sebuah perpustakaan. Iya, kemarin setelah menyelesaikan KKN selama kurun waktu enam Minggu, seminggu kemudian saya harus bersiap-siap untuk magang.

Dari situlah saya bertemu dengan teman saya tersebut. Dia merupakan mahasiswa jurusan Sejarah, namun magang di Perpustakaan. Memang unik kalau dipikir-pikir, mahasiswa Sejarah tapi magangnya di perpustakaan. Ia berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri yang cukup ternama daripada kampus saya sendiri.

Pertemanan kami membawa saya mengenal ibu teman saya, meskipun hanya dari cerita-ceritanya. Sampai saya menuliskan review ini, saya pun belum pernah berkenalan secara langsung atau bahkan bertemu dengan ibunya. Jadi, saya hanya tahu mengenai sosok ibunya ketika teman saya tersebut menceritakannya kepada saya.

Sebut saja nama teman saya ini adalah Ran, karena nama penanya adalah R. Ranmaru alias Raden Ranmaru. Ia bercerita kalau ibunya suka menulis, terutama genre thriller dan romance. Saya pun penasaran dan ingin membaca karya-karya ibunya yang telah diterbitkan. Akhirnya, saya pun dipinjami salah satu buku ibunya yang baru saja diterbitkan berjudul The Survival.

Buku tersebut bergenre non-fiksi yang menceritakan mengenai pernikahan perempuan Indonesia dengan laki-laki mancanegara. Bagaimana latar belakang kehidupan para perempuan tersebut, lika-liku kehidupan mereka, sampai bagaimana ceritanya mereka dapat berkenalan dengan laki-laki dari luar negeri.

Tentunya perjalanan para perempuan yang diceritakan dalam buku ini tidak selalu mulus seperti cerita Cinderella atau dongeng 1001 Malam. Jalan mereka cukup berliku untuk dapat meraih apa yang disebut kebahagiaan. Seperti banyak perempuan yang diceritakan di sini, kehidupan rumah tangganya tidak selalu berjalan dengan mulus.

Ada yang awalnya sudah pernah menikah dengan pria satu negara, namun karena sepertinya Tuhan tidak menakdirkannya sebagai jodoh maka kandaslah hubungan tersebut. Hingga pada akhirnya perempuan-perempuan yang diceritakan dalam buku ini menemukan jodoh mereka yang sebenarnya-ternyata malah berasal dari luar negara mereka.

Banyak hikmah yang dapat diambil dari kisah-kisah para perempuan yang dapat survive dengan kehidupan mereka. Maka dari itu, sangat tepat jika buku ini diberi judul The Survival. Cerita-cerita yang tidak biasa. Mungkin ada yang bertentangan dengan apa yang kita yakini selama ini, membuat kita ingin berkata, "kau pantas mendapatkan hal buruk itu", tapi pelan-pelan kita pun menjadi memahami keseluruhan cerita mereka, dan membuat kita berpikir kehidupan manusia itu kompleks. Tidak seharusnya kita menghakimi hanya dari satu cerita saja.

Buku ini ditulis oleh seorang ibu yang mempunyai tiga orang anak, yang bernama Utjie Bintoro. Nama tersebut merupakan nama pena. Awalnya saya berpikir buku ini adalah buku solo yang ditulis oleh ibunya Ran. Namun Ran pun memberitahu saya, jika sebenarnya buku tersebut ditulis oleh dua orang, yaitu ibu Ran dan teman dekat ibunya.

Dia juga berkata jika foto yang ada di bionarasi buku The Survival merupakan foto teman dekat ibunya, sedangkan isi bionarasinya adalah bionarasi ibunya. Mengetahui fakta tersebut saya lantas bertanya-tanya apakah boleh seperti itu. Tidak memakai foto sendiri untuk bionarasi. Ran berkata bahwa itu tidak apa-apa karena hal tersebut sudah berdasarkan keputusan kedua belah pihak. Antara ibu Ran dan teman dekatnya.

Sejauh ini tidak ada yang dipermasalahkan dari tulisan-tulisan yang disampaikan oleh penulis, yaitu Utjie Bintoro. Tentu, buku ini menyasar kalangan perempuan-perempuan Indonesia karena buku ini memang ditujukan kepada mereka. Ditulis dengan gaya penulisan yang sederhana dan sangat mudah dipahami oleh semua kalangan. Di buku ini Utjie tidak menggunakan bahasa-bahasa yang terlalu akademis karena memang buku ini tidak ditujukan hanya untuk dibaca oleh kalangan tertentu saja.

Kebanyakan Utjie menceritakan pernikahan-pernikahan perempuan Indonesia dengan pria Eropa. Meskipun dalam blurb sudah dituliskan jika buku ini akan menceritakan kisah-kisah perempuan Indonesia yang menikah dengan pria-pria mancanegara. Sejauh ini saya tidak menemukan cerita perempuan Indonesia yang menikah dengan pria-pria Timur Tengah atau pria-pria dari kawasan benua Afrika.

Semuanya yang diceritakan di sini adalah kisah-kisah pernikahan perempuan Indonesia dengan pria-pria Eropa dan Amerika. Perjalanan mereka tidak bisa dibilang mulus. Banyak kisah-kisah perempuan dalam buku ini yang awalnya sudah menikah dengan pria sebangsa setanah air, namun jika Tuhan tidak berkehendak mereka berdua adalah jodoh, maka putuslah ikatan tersebut dengan berbagai macam konflik yang melatarbelakanginya.

Sangat disayangkan masih ada sedikit typo dalam buku ini, membuat saya sebagai pembaca yang sebenarnya gemas, menginginkan typo-typo itu tidak ada dalam buku. Tapi sangat dapat dimaklumi, bahkan sekelas penulis terkenal pun saya pernah mendapati buku mereka masih terdapat typo entah satu atau dua typo. Ini juga membuktikan bahwa yang menulis buku tersebut adalah manusia asli dan bukan robot, hehehe.

Typo-typo tersebut tentunya tetap tidak mengurangi nilai-nilai dalam setiap ceritanya. Satu lagi, sangat disayangkan, menurut saya buku ini bagus dan inspiratif. Hanya saja saya lihat marketingnya kurang bagus sehingga tidak banyak orang yang mengetahui mengenai buku The Survival ini. Mungkin pula karena faktor dari penerbitan yang menerbitkan buku ini kalau tidak salah adalah penerbit indie bukan penerbit mayor. Sehingga penulislah yang harus ekstra gencar promosi jika bukunya ingin dikenal oleh banyak orang.

Tidak seperti menerbitkan buku di penerbit mayor karena buku akan langsung masuk di Gramedia. Itulah review saya mengenai buku The Survival. Semoga dapat menjadikan masukan dan saran untuk penulis agar kedepannya dapat lebih baik lagi. Terima kasih atas cerita-ceritanya dalam The Survival, Utjie Bintoro!

Terima kasih kepada teman saya dan ibu teman saya yang telah bersedia dipinjami bukunya. Jujur, saya merasa sungkan karena saya dipinjami buku yang masih tersegel rapi dalam sebuah plastik pembungkus. Buku tersebut sepertinya baru saja dikirim penerbitan ke tempat penulis. Kemudian saya dipinjami buku baru tersebut. Itu berarti saya yang membuka pertama kali segel plastik buku baru tersebut bukan penulisnya sendiri. Sungguh sebagai orang Jawa yang suka merasa tidak enakan saya merasa sungkan. Dalam hati takut merepoti teman saya, terutama ibunya.

Seharusnya beliau yang pertama kali melihat buku barunya yang telah dicetak tersebut, karena beliau merupakan penulisnya. Yang pertama kali lebih berhak membuka buku tersebut dari plastik pembungkusnya dan bukan orang lain-yang malah beliau sendiri belum kenal siapa saya, walaupun sebenarnya beliau mungkin sudah mengetahui saya dari cerita teman saya.

Terima kasih Bu, sudah mau dengan sukarela meminjamkan buku barunya. Semoga tulisan ibu dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan orang-orang lain yang akan / telah membaca buku The Survival.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisa Bahasa Inggris, sih, Tapi Nggak Pro

Review Film Kereta Berdarah (2024)

Arti Sebuah Kehilangan