Dua Profesi Pekerjaan Seperti Kerja Lembur Bagai Kuda


Source: Google

Disepanjang tahun 2021 ini, aku telah menonton dua drama yang diperankan oleh Lee Jong-suk. Dua drama yang sama-sama membuatku tidak berhenti untuk menontonnya. Aku tidak ingat, apakah di tahun ini aku telah menonton drama Lee Jong-suk yang lain atau tidak, namun dua drama ini begitu menarik perhatianku.

Sama-sama tayang pada tahun 2014. Drama tersebut adalah Doctor Stranger dan Pinocchio. Aku akan membahas Pinocchio terlebih dahulu, karena drama tersebut baru saja kutamatkan. Sedangkan Doctor Stranger kutonton lebih dulu, sehingga ingatanku lebih fresh kepada drama terakhir yang baru saja kutonton. Oh, aku memang kadang lupa jalan cerita sesuatu yang telah kutonton, maka dari itu aku menuliskannya di sini untuk menyimpan ingatanku.

Pinocchio berkisah mengenai Ki Ha Myung (Lee-Jong suk) yang diangkat anak oleh seorang kakek yang mengidap demensia. Kakek tersebut menemukannya di lautan.

Kakek itu mempunyai dua anak yaitu Choi Dal Po, dan Choi Dal Pyung. Namun sungguh sayang, anak pertamanya yang bernama Choi Dal Po sudah meninggal. Singkatnya kakek tersebut mengira Ha Myung adalah Choi Dal Po yang dikirimkan Tuhan kepadanya. Kakek tersebut sebenarnya sadar bahwa anak angkatnya itu bukan anak kandungnya, namun karena pengaruh dari penyakitnya, ia tetap menganggap Ha Myung sebagai anaknya.

Choi Dal Pyung mempunyai anak yang bernama Choi In Ha (Park Shin-hye). In Ha mempunyai penyakit yang bernama syndrome Pinocchio. Saat ia berbohong, ia akan langsung cegukan. Diketahui, syndrome tersebut tidak nyata, dan hanya ada dalam drama itu saja.

Choi Dal Po sangat membenci Choi In Ha, karena ibunya yang bernama Song Cha Ok merupakan reporter yang membuat keluarganya hancur. In Ha dan keluarganya tidak mengetahui latar belakang Ki Ha Myung yang sudah berubah nama menjadi Choi Dal Po tersebut.

Singkat cerita mereka berdua telah dewasa dan menjadi reporter. Aku benar-benar melihat dalam drama ini, betapa beratnya menjadi seorang reporter. Tapi mereka keren, sih. Setelah lulus pada tahap tes, para reporter harus menjalani ‘mawari’. Choi Dal Po bilang, “mawari lebih buruk daripada masuk wajib militer dua kali.”

Dilansir dari The Korea Herald. Cub reporters must pass the rigorous training program called “mawari” (the Japanese word for “going around”) in order to continue. We eat and sleep at police stations, checking every incident, including those at fire stations and hospitals.

Every two hours or so, we report our findings to our senior reporter. If we are lucky, our report could be a new exclusive. But most of the time, we get yelled at for our incompetence and missing important facts and details.

Mawari merupakan kata dari bahasa Jepang yang diartikan sebagai “going around” atau berkeliling. Jadi, calon reporter di Korea harus melakukan training di kantor polisi, mereka akan tinggal disana, mengecek setiap peristiwa yang terjadi, menanyai para polisi tersebut kasus apa sajakah yang terjadi. Mereka juga harus mencari berita di kantor pemadam kebakaran dan rumah sakit.

Para polisi biasanya tidak mau untuk memberitahukan informasi apa pun kepada mereka, maka dari itu, kasus kecil pun akan sangat berharga bagi para reporter yang sedang melakukan mawari. Karena, setiap dua jam sekali, mereka harus melaporkan kepada reporter senior apakah ada kasus yang sedang terjadi atau tidak.

Para reporter yang sedang magang itu harus tidur di satu tempat kecil yang sangat tidak terurus. Misal, kalau disini, reporter magang dari Metro TV, TV One, Kompas TV, CNN harus tidur di satu tempat kecil dalam kantor polisi. Aku nggak tahu sih, reporter Indonesia ada mawari juga apa enggak. Ini cuma penggambaran aja.

Kalau di dalam drama tersebut terdapat reporter dari YGN, MSC, NTS, dan yang lainya, yang harus berada di satu ruangan sebagai tempat basecamp mereka. Kalau ditotal terdapat 15 reporter dari berbagai perusahaan stasiun berita. Di sana hanya ada dua tempat tidur, sehingga yang tidak kebagian tempat tidur, harus tidur di lantai.

Mereka tidak bisa tidur secara nyenyak, tidak bisa menyempatkan mandi karena harus mengejar berita, kalau tidak dapat berita, mereka akan terkena damprat dari reporter senior. Apalagi masalah makan, mereka harus bisa menyempat-nyempatkan diri, ditengah sibuk mencari berita.

Tidur di satu ruangan yang sama, baik cowok atau cewek jadi satu. Tidak akan ada yang berbuat jahat, karena mereka akan terlalu capek untuk melakukan hal konyol itu. Belum lagi lelah, capek fisik dan mental, serta jebol pengeluaran karena harus pergi kesana-kesini mengejar berita.

Biaya naik taksi, dan biaya pulsa, mereka sendiri yang harus tanggung, tidak di-cover oleh perusahaan. Handphone harus on selama 24 jam, karena untuk memberitakan jika ada kasus kepada atasan. Saat menyelidiki kasus di tempat yang jauh, mereka harus naik taksi dengan biaya yang harus ditanggung sendiri. Kalau ditotal, biaya setiap mereka naik taksi dan beli pulsa, dan makan itu udah keluar ratusan juta won.

Beruntung misalnya reporter magang itu mendapatkan berita besar, karena berita tersebut akan menjadi berita esklusif untuk dapat menaikkan rating stasiun berita tempat mereka bekerja. Sehingga, para reporter magang itu sedang berkompetisi untuk mencari berita sebanyak-banyaknya. Mereka tidak akan membagikan informasi yang mereka dapatkan kepada reporter dari stasiun berita lain.

Mungkin hanya dengan rekan satu perusahaan sendiri, mereka masih akan membagikan informasi. Mereka melakukan itu karena jika tidak mendapatkan informasi apa pun pastilah akan kena semburan maut dari atasan. Tapi, biasanya jika kesulitan mencari informasi, walaupun dari perusahaan yang berbeda, tetap akan berbagi juga.

Jika terdapat berita besar seperti kebakaran pabrik (seperti yang diceritakan dalam drama tersebut), para reporter itu akan berlomba-lomba mencari dan menggali informasi dari peristiwa yang sedang terjadi. Karena berita besar seperti itu akan menjadi bahan berita eksklusif.

Disini diperlihatkan bahwa bagaimana bahayanya seorang reporter jika salah dalam menyampaikan berita. Berita tersebut sifatnya persuasif atau memengaruhi. Jika seorang reporter salah dalam menyampaikan berita, dampaknya adalah mereka telah membohongi publik. Jika hal itu sampai diketahui oleh seseorang, dan seseorang itu mengungkap hal tersebut, reporter tersebut bisa dituntut atas pencemaran nama baik, sehingga membuat namanya menjadi jelek.

Mulutmu harimaumu. Inilah yang diajarkan dari drama ini. Seorang reporter harus menyampaikan berita asli yang tidak dibuat-buat. Jika mereka sampai memanipulasi berita tersebut, dampaknya akan fatal. Seperti dalam drama tersebut, gara-gara kesalahan reporter Song Chang Ok, kehidupan keluarga Ki Ha Myung menjadi hancur.

Digambarkan pula seseorang dari kalangan kaya dan berduit, dapat membeli suara reporter dan direktur stasiun berita. Orang kaya itu melakukan hal tersebut untuk menutupi kejahatan yang telah mereka lakukan.

By the way, salah satu polisi dalam drama ini, menjuluki reporter yang sedang melakukan mawari sebagai ‘trashporter’. Ia berkata demikian, karena para reporter itu kerjaannya hanya mengemis berita saja kepada polisi. Ekstrim juga ya julukannya.

Memang kalau jadi reporter itu katanya harus siap tebal muka dan dibenci. Mereka tidak akan malu untuk mengemis berita kepada para polisi, karena nasib mereka ditentukan oleh berita-berita itu.

Lalu, mereka harus siap dibenci orang, karena reporter itu orang yang paling kepo dengan kehidupan orang lain. Mereka akan mewawancarai siapa saja, akan meliput apa saja. 

Tentu saja karakter Lee Jong-suk dalam drama Pinocchio dan Doctor Stranger sangat berbeda. Persamaannya adalah ia sama-sama memerankan tokoh utama yang ingin balas dendam.

Tidak hanya reporter saja, menjadi seorang dokter juga sama-sama melelahkan. Dalam drama Doctor Stranger para dokter harus bekerja sampai malam, terlebih jika ada kecelakaan. Para dokter, dan juga suster akan fokus pada pasien kecelakaan, sehingga mereka tidak bisa menangani pasien non-kecelakaan yang juga sama-sama membutuhkan bantuan.

Dalam drama ini berfokus menceritakan mengenai dokter bedah jantung, sehingga pembedahan akan banyak ditampilkan dalam drama ini. Mungkin drama ini tidak cocok bagi penonton yang tidak suka dengan genre drama yang adegannya memperlihatkan darah. Namun tidak perlu khawatir karena adegan pembedahan jantung tidak sebanyak adegan romantis.

Dalam drama ini juga menguak kebusukan yang biasanya terjadi di rumah sakit, yang dilakukan oleh dokter yang melakukan mal praktik. Sama seperti drama Pinocchio yang mengungkap kebusukan yang terjadi di stasiun berita, yang dilakukan oleh reporter yang mencoba memanipulasi berita, sehingga menuding orang tidak bersalah sebagai korban.

Dalam praktik kedokteran, jika ingin melakukan operasi, harus dilakukan oleh dokter ahli, seperti profesor. Tidak bisa operasi tersebut dilakukan oleh seorang mahasiswa yang belum terampil dan masih belajar. Hal itu akan berakibat sangat fatal, karena bisa menyebabkan pasien meninggal. Jika hal itu sampai terjadi, dokter-dokter itu akan menutupi kesahalannya. Karena, jika hal itu terkuak dan terdengar oleh keluarga pasien, mereka akan menuntut rumah sakit.

Dalam drama ini, tokoh utama berusaha menguak kebusukan sebuah rumah sakit yang pernah melakukan mal praktik dan tidak mau bertanggungjawab. Pemilik Rumah sakit tersebut malah membuat sebuah skenario untuk menyalahkan seorang dokter yang akan menjadi saksi dari adanya mal praktik tersebut.

Sehingga mengakibatkan dokter tersebut bernasib tidak menguntungkan. Dan, keluarganya juga hancur. Pemilik rumah sakit itu juga bekerjasama dengan perdana menteri Korea Selatan yang jahat. Intinya, kedua orang busuk itu saling bekerja sama untuk menggapai sesuatu yang mereka inginkan, dan berusaha menutupi kebusukan mereka. Tokoh utama bertugas untuk membongkar kebusukan mereka.

Dari kedua drama ini bisa disimpulkan jika, 'asalkan punya uang, bisa melakukan segalanya'. Namun, uang yang digunakan untuk menyembunyikan kejahatan itu tetap akan kalah oleh kebenaran. Ibarat kata, sedalam-dalamnya seseorang mengubur bangkai, perlahan-lahan bangkai akan tercium juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisa Bahasa Inggris, sih, Tapi Nggak Pro

Review Film Kereta Berdarah (2024)

Arti Sebuah Kehilangan