It is Our Planet

It is Our Planet


    Seorang gadis terlihat sangat asyik dengan gadgetnya. Ia duduk santai di teras rumah menggunakan kaos oblong bertuliskan “kata papa aku cakep” dengan mengangkat kaki kirinya. Duduk santai layaknya laki-laki, gadis tersebut tengah sibuk menggulir linimasa Instagram, melihat bagian explore, apa saja yang menarik untuk dipandang.

    “Baaaaaa!!!!”

    “Eeeee Baka, baka, baka!![1]

    “Ya Allah dek, ngagetin aja!!”

    “Ciyeee latah. lagian kakak sih, udah berjam-jam loh kak, emang kakak nggak capek apa main HP mulu??  Kakak itu udah jadi oknum perusak lingkungan tahu nggak!”

    “Lebay”

    Gadis yang dipanggil kakak, yang baru saja dikageti oleh adiknya yang tidak terpaut jauh itu, hanya cuek saja menanggapi omelan sang adik.

    “Dih nggak percaya, nih lihat!” ucap sang adik sembari memperlihatkan ponsel yang sedang dipegangnya kepada si kakak.

    Terlihat konten di akun @aksikitaindonesia di Instagram yang membertahukan bahwa terlalu banyak memakai internet, berdampak buruk terhadap lingkungan. Disana dijelaskan bahwa terdapat 4,66 miliar pengguna internet yang aktif di seluruh dunia. Jumlah tersebut sudah setara dengan setengah penduduk dunia. 4,3 miliar orang diantaranya mengakses internet lewat perangkat seluler.

    Jejak karbon gadget yang dipakai oleh manusia, jaringan internet, dan sistem yang mendukungnya menyumbang sekitar 3,7% dari emisi rumah kaca secara global. Atau setara dengan karbon yang diproduksi dari industri penerbangan secara global. Emisi tersebut diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025. Hal tersebut mempercepat dalam kontribusi pemanasan global dan perubahan iklim.

    Sang kakak yang semula tidak percaya, terlihat sedih.

    “Apa yang harus kita lakukan?”

    Sang adik berusaha untuk menenangkan kakaknya, dengan memegang pundak sang kakak.

    “Mungkin kita bukan siapa-siapa, kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi apakah kita tidak bisa melakukan sesuatu sama sekali? Itu tidak mungkin kan, kak?”

    Kakak dan adik tersebut mulai berdiskusi mengenai masalah tersebut. Mereka berencana untuk lebih bijak menggunakan media sosial dan internet. Mungkin tidak akan menyumbang hal besar, tapi melakukan hal kecil, bukankah juga sebuah perubahan.

    Butterfly effect!”

    “Benar sekali kak, ini seperti butterfly effect, walaupun kita menyumbang hal kecil, siapa tahu akan berdampak besar walau tidak terlihat dampaknya sekarang”

    Kakak dan adik tersebut ber high five ria. Merasa idenya adalah gagasan bagus yang harus mulai dibiasakan untuk menyelamatkan planet bumi tersayang.

The earth is enough for seven generations, but it will never be enough for seven people greedy

-Mahatma Gandhi-

#saveourplanet

 

 



[1] Kata Baka dalam bahasa Jepang berarti bodoh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bisa Bahasa Inggris, sih, Tapi Nggak Pro

Review Film Kereta Berdarah (2024)

Arti Sebuah Kehilangan