Angan yang Tak Direstui Takdir
Angan yang Tak Direstui Takdir Terik matahari tak membuat kedua anak kecil yang terlihat masih bersemangat sekali mengais-ngais sesuatu. Peluh membasahi pipi mereka berdua. Namun, teriknya matahari seakan diabaikan begitu saja. Anak kecil laki-laki dan perempuan itu terlihat membawa karung lusuh sedang mengais-ngais tempat pembuangan sampah yang ada di depannya. Terlihat pakaian lusuh yang mereka kenakan sudah basah oleh keringat. “Udah nih Je, kita pulang, yuk.” Anak perempuan itu berkata kepada anak laki-laki yang dipanggil Je untuk menyudahi pekerjaannya. Mereka kemudian pergi dari tempat pembuangan sampah itu. Berjalan santai di sepanjang jalan dengan wajah tidak ada kesenduan sama sekali. Mereka terlihat tertawa-tawa bergembira dan saling bermain kejar-kejaran. Sepertinya apa yang mereka cari sejak tadi pagi sudah membuahkan hasil banyak. Mereka menuju ke rumah atau lebih tepatnya gubuk lusuh dengan bersenandung riang. Hari masih menunjukkan pukul sembilan pagi, anak laki-laki dan